google-site-verification=IScJpofXbSKHXZbxRg4XwavDsluBeGWm54PYOSe-zx SKB (SANGGAR KEGIATAN BELAJAR): MENGGAPAI KECERDASAN SOSIAL

MENGGAPAI KECERDASAN SOSIAL

Oleh : Drs. H. Harno, M.Pd

Setiap peradaban besar dunia, yang membentang dari Asia Tengah hingga Eropa memiliki ciri kecerdasan intelektual yang matang. Dengan matematika fantastic mereka membangun kuil, piramida, istana, benteng, yang tinggi menjulang. Serasa mustahil dibangun oleh manusia modern tanpa menggunakan traktor, crane, alat cor, baja, pasak beton.

Namun di zaman sebelum masehi itu, semuanya dibangun tanpa mesin, dengan tenaga budak yang dieksploitasi habis-habisan. Imperium masa lalu dibangun dengan menelan bangsa-bangsa di sekitarnya yang lebih kecil dan tak berdaya. Penaklukan wilayah sekitarnya ditujukan untuk menghidupkan energi peradaban dalam negeri. Beginikah bangsa yang cerdas ?

Bangsa-bangsa Eropa saat ini kembali melakukan koreksi diri terhadap peradaban yang telah dibangun ribuan tahun lalu. Mereka mulai bertanya sudahkah mencapai kecerdasan social? Secara filsafat mereka menggugat kembali eksistensi kebangsaan mereka, sebagai bangsa penakluk yang menyusahkan dunia ketiga. Dan sayang, Amerika Serikat sebagai bangsa dengan peradaban baru belum se-empati Eropa yang gelisah dengan laju peradaban yang memangsa bangsa lain.PIC_0016

Kecerdasan sosial adalah energi dan perilaku yang memungkinkan suatu bangsa dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, untuk membangun peradaban maju. Di dalamnya, setiap anggota masyarakatnya saling mengerti, menghormati, peduli, dan patuh terhadap hukum untuk mencapai kesejahteraan bersama. Negeri yang memiliki kecerdasan sosial, terbangun di atas masyarakat yang berbudi pekerti luhur dan dimotori seorang pemimpin yang kreatif-trasformatif, dan tentu saja tidak menjadi tiran bagi rakyatnya.

Apa yang dapat diperbuat oleh negeri dengan pemimpin dan rakyat seperti itu? Tentu inilah negeri harapan, negeri yang besar tanpa menindas bangsa lain, yang mengajak maju bangsa lain yang masih tertinggal. Ketika Rosululloh SAW memimpin, mengatur orang-orang mukmin, dan dilanjutkan oleh para khulafaurrosyidiin, orang-orang Arab Jahiliyyah mengalami pencerahan yang luar biasa. Mereka dengan segala sahaja, mampu mengalahkan dua imperium raksasa yaitu Roma dan Persia. Penaklukan-penaklukan yang dilakukan orang-orang Islam di seluruh Timur Tengah, sebagian Eropa, hingga Afrika, tidak meninggalkan penindasan tetapi semangat untuk maju bersama meninggalkan sifat jahiliyyah yang terkadang anti humanisme dan tak patuh terhadap hukum.

Para pemimpin di masa itu bukan hanya menjalankan hukum dari langit tetapi memiliki rasa peduli terhadap rakyatnya. Sebagaimana yang dilakukan Umar bin Khatab yang setiap malam meronda wilayahnya tanpa protokoler, tanpa front rider, tanpa kawalan. Beliau menyelinap di kantong-kantong penduduk miskin dengan menyamar sebagai rakyat biasa, mencari-cari orang yang membutuhkan bantuan.

Suatu ketika Beliau mendapati keluarga yang sedang merebus batu, untuk menghibur anak-anaknya yang merengek kelaparan. Umar mendatanginya, lalu memikul sekarung gandum untuk keluarga itu. Sikap peduli ini bukan hanya tumbuh dan berkembang dikalangan para pemimpin saja. Islam memang mengajarkan agar manusia memiliki rasa saling peduli sesamanya. Mereka yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, yang pandai mengajari yang bodoh, dan begitulah roda budi pekerti yang berputar dikalangan orang beriman.

Dengan roda inilah selayaknya manusia membangun negerinya. Dan inilah wujud kecerdasan sosial. Bangsa yang sumber daya manusia serta sumber alamnya rendah, bila memiliki kecerdasan sosial tinggi bakal tumbuh menjadi bangsa yang besar. Hari ini, Indonesia telah menjadi bangsa dengan peradaban maju, namun mengalami dekadensi kecerdasan sosial dan makin habisnya modal sosial.

Maka yang pertama dilakukan adalah mengubah sikap kita yang dungu ini, meninggalkan individualisme serta pemujaan berlebihan terhadap dunia, kembali patuh terhadap hukum agama maupun hukum negara. Dengan demikian, rakyat Indonesia sudah berada di jalan yang benar menggapai kecerdasan sosial.

Matur Nuwun

Tidak ada komentar: